Judul : Ketika flamboyan Berbunga
Pengarang : Maria A. Sardjono
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Tahun : 2002
Tebal : 321 Halaman
Kalau cinta, sebaiknya jangan menyerah. Kahlil Gibran, penyair timur tengah ini,pernah berujar: jika cinta memanggilmu, ikuti dia dengan tiada ragu. Gatot,lelaki berumur 34 tahun, tetangganya ini, menjadi keras dan dingin seperti gunung es Karena di khianati Bram, kekasihnya.
Sejak Gatot tinggal bersebelahan dengan Ambar, ia mulai pasang jurus. Sehabis berolahraga pagi, pria ini selalu beramah-ramah dengan ibu Ambar, juga Tina, adik Ambar. Keakrabanya pun mulai terjalin. Situasi ini justru membuat Ambar membenci Gatot. Apalagi, Gatot malah berpura-pura berpacaran dengan Tina. Maka, kebencian Ambar pun makin menjadi-jadi. Lalu, berbagai cara di tempuh Ambar untuk memisahkan mereka. Namun, upaya ini tidak mudah. Semakin Ambar ingin memisahkan Tina dari Gatot, Tian makin lengket. Gatot pun makin ngebet mau jadi adik iparnya.
Lewat novel berjudul Ketika Flamboyan Berbunga ini, Maria A. Sardjono mengisahakan liku-liku percintaan 2 insan ini dengan sangat menarik. Di kisahkan, Gatot yang di mata Ambar adalah calon suami adiknya, dalam sejumlah kesempatan justru memesrainya. Celakanya lagi, ia tak menampiknya. Ambar pun mencintai Gatot dan dalam hatinya ia mendambakan lelaki itu sebagai pengganti Bram yang telah lama di hempaskannya dari kamus hidupnya.
Novel ini bukan sekedar kisah cinta yang mendayu- ndayu. Di beberapa segmen, Maria A. sardjono memasukkan pandangan –pandangannya tentang jender, misalnya, saat ia di tuntut oleh Tina untuk menyerahkan Gatot kepada mantan kekasihnya itu, Ambar dengan enteng menurutinya,”….aku seorang individu otonom, subjek utuh yang tahu apa yang kumaui, tahu apa pilihan-pilihan dalam hidupku. Jadi, aku tak mau di pinggirkan, dinomorduakan, atau di jadikan objek karena jenisku yang perempuan”(hal 219)
Nasihat Ambar untuk Tina agar menyingkir dari Gatot pun menjadi diskusi tentang bias jender. Ambar yang punya pengalaman di khianati mengatakan bahwa lelaki mudah tergoda lawan jenisnya sehingga mudah melanggar kesetiaan. Tina menepisnya sebagai mana ketidak adilan jender,”…lelaki yang setia juga banyak.sebliknya, perempuan yang mata keranjang dan tidak setia juga cukup banyak,” tangkis Tina (hal 151)
Lain di mata lain di hati. Mesk di mata Ambar, Gatot adalah sosok lelaki yang mata keranjang, tidak senonoh, dan kurang ajar,jauh di lubuk hatinya, Ambar justru mendmbakannya sebagai sosok lelaki idamanya. Suasana berduaan selalu gemuruh oleh pertengkaran. Anehnya, pertengkaran mereka selalu berakhir dengan peluk dan cium. Inikah makna cinta sejati?
Lantas kepada lelaki tengil inikah cinta Ambar akan berlabuh? Cinta memang misteri. Kekuatanya dahsyat tak terukur. Kahlil Gibran berujar,”…kegelapan bisa menyembunyikan pepohonan dan bunga-bunga dari pandangan mata. Tetapi, kegelapan tidak dapat menyembunyikan cinta dari jiwa.”
Posting Komentar